Agustus 30, 2025

Ketika Jalanan Bersuara, Telinga Kekuasaan Tuli

         Di negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi ini, rakyat hanya bisa menahan perih sambil menyaksikan para pemimpinnya hidup bergelimang kemewahan. Demonstrasi yang meledak hari-hari ini hanyalah puncak gunung es, ketidakadilan yang selama ini ditelan akhirnya tumpah ke jalanan. Harga terus melambung, pajak menjerat, dan kesejahteraan hanyalah kata indah di pidato. Sementara itu, suara rakyat diperlakukan seperti gangguan, bukan kebenaran.

Di tengah riuh suara perlawanan, ada keheningan yang menusuk. Satu jiwa muda terenggut (28/08/2025), meninggalkan jejak pedih di tengah gelombang perlawanan. Affan Kurniawan, bukan tokoh besar, bukan pejabat, hanya seorang anak bangsa yang mencari nafkah di jalanan. Ia pulang dalam diam, menjadi simbol bahwa negara ini lebih cepat mengerahkan kekerasan daripada merangkul empati.

   Janji-janji perubahan terasa hampa ketika kekuasaan hanya menguntungkan segelintir orang. Rakyat yang bekerja keras justru disuruh berhemat demi menambal keserakahan pejabat. Ketika mereka bersuara, yang datang bukan solusi, melainkan pembatasan informasi dan tatapan pura-pura tidak tahu.

       Inilah negeri yang katanya kaya raya. Kaya sumber daya, kaya potensi, tapi semua kekayaan itu hanya berputar di meja kekuasaan, sementara rakyat terus merogoh saku kosong untuk bertahan hidup.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

What Is Serendipity?

Serendipity is the experience of discovering something valuable, meaningful, or unexpectedly positive without intentionally searching for i...