Di negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi ini, rakyat hanya bisa menahan perih sambil menyaksikan para pemimpinnya hidup bergelimang kemewahan. Demonstrasi yang meledak hari-hari ini hanyalah puncak gunung es, ketidakadilan yang selama ini ditelan akhirnya tumpah ke jalanan. Harga terus melambung, pajak menjerat, dan kesejahteraan hanyalah kata indah di pidato. Sementara itu, suara rakyat diperlakukan seperti gangguan, bukan kebenaran.
Di tengah riuh suara perlawanan, ada keheningan yang menusuk. Satu jiwa muda terenggut (28/08/2025), meninggalkan jejak pedih di tengah gelombang perlawanan. Affan Kurniawan, bukan tokoh besar, bukan pejabat, hanya seorang anak bangsa yang mencari nafkah di jalanan. Ia pulang dalam diam, menjadi simbol bahwa negara ini lebih cepat mengerahkan kekerasan daripada merangkul empati.
Inilah negeri yang katanya kaya raya. Kaya sumber daya, kaya potensi, tapi semua kekayaan itu hanya berputar di meja kekuasaan, sementara rakyat terus merogoh saku kosong untuk bertahan hidup.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar